Ada saat-saat ketika kita resah tak menemukan jawabnya. Ada saat-saat ketika gelisah tak menemkukan muaranya kecuali dengan menikah. Disaat kesendirian tak sanggup kita tanggungkan, sementara peristiwa suci itu tak datang-datang juga, ada yan perlu kita renungkan dengan hati yang jernih :”kesendirian yang panjang itu, apakah sebabnya sehingga tak kunjung berakhir?’.Ada yang tak bisa kita jawab, karena semua rahasia ada dalam genggaman-Nya. Tetapi ada satu hal yang bisa kita coba telusuri diam2 dengan hati yang tenang dan jiwa yang bersih. Kita mencoba merenung sejenak secara jujur, apakah lambatnya jodoh itu merupakan ujian atas ketakwaan kita yang tinggi kepada-Nya, sebagai teguran atas kekhilafan2 dan bahkan mungkin kesombongan kita terhadap apa yang diberikan Allah kepada kita ataukah jodoh yang sesungguhnya belum saatnya tiba? Bukankah segala sesuatu ada masanya sendiri? Bukankah kematian juga tidak datang pada saat yang sama, usia yang sama dan keadaan yang sama untuk setiap orang?
Kadang Ia adalah UjianTerlambatnya jodoh datang kepadamu merupakan ujian bagimu. Sedangkan obatnya menghadapi ujian adalah sabar. Sabar dalam menanti takdir, sabar dalam berusaha, sabar dalam berjuang, sabar dalam berdoa, dan sabar dalam memegangi kebenaran.
Barangkali Kitalah PenyebabnyaBagaimana mungkin engkau bisa mendapatkan pendamping yang mencintaimu dengan sederhana, sementara engkau jadikan gemerlap kemapananmu sebagai pemikatnya? Bagaimana mungkin engkau mendapatkan suami menerimamu sepenuh hati dan tidak ada cinta dihatinya, kecuali dihatimu. Semantara engkau berusaha meraihnya dengan menawarkan kencan sebelum terikat pernikahan? Bagaimana mungkin engkau mendekatinya dengan menggoda? Diluar soal cara, kesulitan yang kita hadapi saat ingin meraih pernikahan yang diridhai tak jarang karena kita sendiri mempersulitnya. Kadang sebagian saudara kita tidak merasa mengabaikan kesempatan, tetapi ia menampik kesempatan hanya karena menganggap takdir Allah tidak tepat.
Ada yang Tak Bisa Kita IngkariKadang ada perasaan kepada seseorang. Seperti Mughits (seorang sahabat Nabi) kita selalu menguntit kemanapun Barirah melangkah. Mata kita mengawasi, hati kita mencari-cari dan telinga kita merasa indah setiap kali mendengar namanya. Perasaan itu begitu kuat bersemayam di dada. Bukan karena kita menenggelamkan diri dalam lautan perasaan, tetapi seperti kata Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah mengutip dari Al-Mada’iny, “Andaikan orang yang jatuh cinta boleh memilih, tentu aku tidak akan memilih jatuh cinta.”
Perasaan ini kadang mengganggu kita, sehingga tak sanggup berpikir jernih lagi. Kadang membuat kita banyak berharap, sehingga mengabaikan setiap kali ada yang mau serius. Kita sibuk menanti kadang sampai membuat badan kita kurus kering sampai batas waktu yang kita sendiri tak berani menentukan. Kita merasa yakin bahwa dia jodoh kita atau merasa bahwa jodoh kita harus dia, tetapi tak ada langkah2 pasti yang kita lakukan. Akibatnya diri kita tersiksa oleh angan2 .
Tuhan, Jangan Biarkan Aku SendiriDisaat engkau merasa tak sanggup menanggung kesendirian, serulah Tuhanmu dengan penuh kesungguhan.
Robbi, La Tadzarnii Fardan Wa Anta Khoirul Waritsin. Artinya : “ Tuhanku, jangan biarkan aku sendirian. Dan Engkau adalah sebaik2 warits.”
Sebaiknya Menawarkan Diri??Jika Anda mendapat lelaki yang memiliki banyak keutamaan kecuali dalam hal keberaniannya untuk menikah, boleh jadi yang Anda perlukan adalah sedikit keberanian untuk berlapang dada ‘menawarkan diri’. Ini bukanlah perkara yang tercela, justru sebaliknya : sangat mulia.
Hal2 penting yang kita perlu catat baik2 sebelum menawarkan diri, antara lain :
1. Carilah informasi sedetail-detailnya dan setepat-tepatnya sebelum memutuskan untuk menawarkan diri sehingga tidak terjadi ganjalan di tengah2 proses. Padahal kita yang berinisiatif untuk menawarkan diri.
2. hendaknya anda menawarkan diri melalui perantara orang lain, bukan diri sendiri. Melalui cara ini, penjajakan awal dapat dilakukan dengan lebih baik.
3. Orang yang diminta untuk menjadi perantara adalah wanita yang sudah setengah baya.
4. Proses menuju pernikahan tetap dilanjutkan dengan peminangan secara resmi oleh pihak laki-laki.
Sumber : Saatnya Untuk Menikah dari Mohammad Fauzil Adhim